Ketika Nabi Musa pertama kali mendapat wahyu dan sempat berdialog dengan Allah ada sebuah pesan menarik dalam percakapan tersebut. Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 12- 14: “Maka ketika Musa datang di mana ia melihat api, lalu ia dipangil. Hai Musa, sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di tempat yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”
Tampak dengan jelas dalam wahyu Allah yang pertama dengan Musa yang diingatkan adalah supaya selalu mengingat Allah (zikir). Bukan itu saja, ketika Musa dibekali beberapa mukjizat untuk menghadapi Raja Fir’aun, Allah kembali mengingatkan pentingnya zikir ini. ” Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.” (Thaha ayat 42).
Tentu bukan dalam ayat ini saja Allah mengingatkan manusia betapa pentingnya zikir itu dalam kehidupan. Dalam beberapa ayat yang lain Allah secara tegas memerintahkan manusia untuk berzikir sebanyak-banyaknya. Dalam surat Al-Ahzab ayat 41-42 Allah berfirman,”Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya waktu pagi dan petang.”
Tasbih (menyucikan Allah, dengan membaca subhanallah) termasuk salah satu zikir yang juga dihimbau oleh Allah untuk diamalkan. Dalam surat Thaha ayat 130 Allah berfirman, “Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.”
Dalam surat Al-Anbiya ayat 19-20 dijelaskan bahwa seluruh makhluk Tuhan yang bernama malaikat selalu bertasbih tidak henti-hentinya siang dan malam. Bahkan, dalam surat al-Mukmin ayat 7 dan surat Asy-Syuura ayat 5 para malaikat bertasbih memintakan ampun bagi orang-orang beriman dan penduduk bumi. Ini menunjukkan bahwa zikir dan tasbih itu sangat penting sehingga memiliki nilai ibadah yang amat tinggi dalam pandangan Allah Swt sehingga para Malaikat pun menggunakan ibadah ini dalam memohonkan keinginannya kepada Allah. Lalu, kenapa manusia tidak memanfaatkannya pula?
Menghilangkan rasa dongkol
Mengapa zikir ini begitu penting, sehingga Allah secara langsung mengingatkan para Nabi dan Rasul-Nya untuk tidak lupa mengingat Allah. Dalam surat al-Munafiquun ayat 9 Allah mengingatkan jangan sampai harta dan anak-anak yang kita miliki melupakan kita mengingat Allah, sebab manusia akan rugi jika hal itu sampai terjadi. Jadi, dapat disimpulkan ada hikmah, rahasia dan kegunaan yang amat besar dari zikir ini sehingga Allah berulangkali memerintahkan manusia untuk berzikir.
Seperti disinggung dalam surat Thaha ayat 130 bahwa zikir itu untuk membuat hati manusia menjadi tenang. Memang, inilah salah satu hikmah dari zikir dan bertasbih kepada Allah. Dalam surat Al-Hijr ayat 96-97 diceritakan betapa Nabi Muhammad dadanya menjadi sesak mendengar ucapan-ucapan orang kafir yang memperolok-olok dakwahnya. Maka, Allah menyuruh Nabi untuk sering bertasbih dan salat untuk menghilangkan kedongkolan dan sesak di dadanya.
Dari ayat ini amatlah jelas bahwa zikir merupakan obat penenang bagi jiwa manusia yang resah, marah, cemas, bimbang dan was-was. Jaminan ini sudah pasti diberikan Allah seperti ysng dijanjikan dalam firmannya surat ar-Ra’du ayat 28 ” Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Waktu saya masih duduk di bangku tsanawiyah saya masih ingat pesan ibu saya, kalau saya menghadapi banyak kesulitan ibu saya selalu mengingatkan supaya jangan bersedih. ” Jika kamu menghadapi masalah mengadulah kepada Allah, pasti hatimu tenang,” katanya.
Sekarang barulah saya paham bahwa mengadu kepada Allah tentulah yang dimaksudksn berzikir. Dan zikir berdasarkan pengalaman saya memang membuat hsti kita tenang dan tentram. Zikir bisa meredam rasa amarah, jengkel dan menghindari rasa putus asa. Sebab, dalam berzikir kita menyadari bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan ini adalah kehendak dan ujian dari Allah. Zikir dengan begitu mendorong kita untuk bersabar menghadapi setiap cobaan. Zikir yang meredam rasa amarah dalam diri kita juga berfungsi menstabilkan tekanan darah dan pukulan jantung kita. Jadi, dengan begitu zikir dapat menghilangkan stress atau tekanan terhadap jiwa kita.
Cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid (alm) pernah mengatakan, zikir dapat menghilangkan pikiran negatif, mendorong rasa syukur, melahirkan semangat optimisme dalam hidup, dan menumbuhkan jiwa Tauhid dalam diri seorang muslim.
Tetapi, zikir yang berdampak menenangkan batin itu kalau dilakukan dengan sikap rendah hati (tawadhu) dan merendahkan diri (tadharru) kepada Allah, menyadari bahwa diri kita sebagai hamba berhadapan dengan Allah Yang Maha Kaya, Maha Mulia dan Maha Sempurna.
Dalam berzikir bukan hanya dilakukan dengan lidah kita, tetapi hati dan pikiran kijuga terfokus kepada Allah. Zikir yang terkonsentrasi dengan lidah, hati dan pikiran inilah yang mampu menimbulkan sifat-sifat terpuji yang disukai Allah.
Orang yang telah menemukan makna zikir yang hakiki akan menimbulkan rasa cinta kepada Allah. Berawal dari cinta kepada Allah ia pun akan mencintai manusia. Sebab, cinta kepada Allah haruslah mencintai pula makhluk ciptaan-Nya. Dalam hal ini zikir melahirkan hubungan yang baik bukan hanya dengan Allah (hablun minallah) tapi juga sesama manusia (hablun minannas). Dengan demikian zikir yang dilakukan dengan makna yang benar menimbulkan kedamaian dalam hati karena manusia mampu menghapuskan sifat-sifat buruk dalam dirinya. Yang berkembang dalam batinnya hanyalah rasa cinta kepada Allah dan rasa cinta kepada manusia dan alam sekitarnya. Sebuah kehidupan yang dilandasi rasa cinta maka yang lahir adalah perasaan tenang dan bahagia. Dan inilah buah yang ingin dicapai dengan zikir kepada Allah yaitu supaya hidup dan hati kita merasa tenang.
Kedua, zikir mendorong kita bekerja secara ikhlas, semata motivasi karena Allah, bukan ingin mendapat pujian dan sanjungan dari manusia. Kerja yang dimotivasi karena Allah menjadikan manusia bertanggung jawab dengan pekerjaannya, tujuannya untuk kesejahteraan manusia, bukan untuk mencelakakan orang lain karena ingin meraih laba yang besar.
Ketiga, orang yang berzikir adalah orang yang selalu melatih pikirannya untuk melihat kebesaran Allah melalui alam yang diciptakan-Nya. Dari situ dia dapat menarik kesimpulan bahwa Allah itu Maha Kuasa, Maha Perkasa dan Maha Besar. Seorang yang berzikir dengan demikian memiliki sikap Tauhid yang amat kuat karena keyakinannya kepada Allah teramat sempurna. Inilah arti zikir seperti yang disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 191 yang artinya, “Yaitu, orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.
Dengan ayat di atas menunjukkan bahwa zikir memiliki makna yang dinamis. Seorang yang selalu memikirkan alam semesta dengan menggunakan rasionya dengan dilatari keyakinan pada Allah. Jadi, tidaklah tepat anggapan bahwa seorang yang berzikir merupakan pribadi yang fasif dan tidak kreatif.
Keempat, seorang yang berzikir adalah seorang yang memiliki sifat syukur atau rasa terima kasih yang tinggi. Dan, syukur adalah ibadah yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan. Dengan bersyukur kita membangun optimisme dalam hidup, baik dalam keadaan duka maupun suka. Sebaliknya, seorang yang tidak mau bersyukur alias kufur melihat kehidupan ini selalu sempit, hatinya akan masam. Berbeda dengan orang yang bersyukur yang selalu melihat kehidupan ini dengan senyum dan hati lapang. Jadi, syukur itu adalah pangkal kebahagiaan, kalau kita bersyukur kepada Allah maka dunia ini akan tersenyum kepada kita. Dan, kebahagiaan itu kuncinya adalah bagaimana menggunakan kepandaian kita dalam bersyukur kepada Allah. Allahu a’lam.
Penulis : Arfendi Arif
Sumber : panjimasyarakat.com