Rangkuman Materi: Gagasan Para Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara
Materi Pendidikan Pancasila Fase E Kurikulum Merdeka, untuk Elemen Pancasila adalah Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa
Materi Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa, terdiri dari 4 bagian , yaitu :
- Gagasan Para Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara
- Dinamika Kelahiran Pancasila
- Kedudukan Pancasila
- Aktualisasi Pancasila
Artikel ini merupakan Rangkuman dari bagian 1 membahas tentang Gagasan Para Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara.
Gagasan-Gagasan Para Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara
Sidang pertama BPUPK yang berlangsung dari 29 Mei hingga 1 Juni 1945 merupakan forum bagi para pendiri bangsa untuk mendiskusikan dasar negara Indonesia yang akan merdeka.
Dalam sidang ini, para tokoh bangsa mengemukakan berbagai gagasan, yang meskipun beragam, memiliki kemiripan satu sama lain.
Salah satu gagasan penting adalah pidato Sukarno pada 1 Juni 1945 yang memperkenalkan Pancasila sebagai dasar negara.
- Gagasan-Gagasan dalam Sidang Pertama BPUPK
Pada pembukaan sidang pertama BPUPK, dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat mengajukan pertanyaan penting: Apa dasar negara Indonesia yang akan kita bentuk?
Pertanyaan ini menjadi pokok pembahasan selama sidang. Suasana persidangan yang bebas dari tekanan memungkinkan anggota BPUPK untuk mengemukakan gagasan-gagasannya secara leluasa.
Berikut adalah beberapa gagasan yang disampaikan para pendiri bangsa dalam sidang pertama BPUPK:
- Mohammad Yamin:
- Permusyawaratan (Quran) – mufakat (adat)
- Perwakilan (adat)
- Kebijaksanaan (rasionalisme)
- R.A.A. Wiranatakoesoema:
- Pentingnya keselarasan/harmoni dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa
- Syarat utama rasa persatuan yang tidak membeda-bedakan dan saling menghargai
- K.R.M.T.H. Woerjaningrat:
- Kemerdekaan harus bersendi kekeluargaan bangsa Indonesia
- Soesanto Tirtoprodjo:
- Dasar fundamental negara antara lain: semangat kebangsaan, hasrat persatuan, dan rasa kekeluargaan
- A.M. Dasaad:
- Indonesia merdeka harus berdasar pada iman dan tawakal kepada Tuhan Allah Yang Mengendalikan langit dan bumi
- Moh. Hatta:
- Dasar ketuhanan harus diwujudkan dengan memisahkan urusan agama dari urusan negara
- R. Abdoelrahim Pratalykrama:
- Dasar negara yaitu: persatuan rakyat dan agama Islam dengan kemerdekaan seluas-luasnya bagi pemeluk agama non-Islam
- Soepomo:
- Dasar persatuan, semangat kekeluargaan, dan semangat gotong royong relevan dengan corak masyarakat Indonesia
- Negara harus memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur
- Ki Bagoes Hadikoesoemo:
- Islam dijadikan dasar dan sendi negara
- Sukarno:
- Memaparkan lima dasar negara yang disebutnya dengan Pancasila, yaitu:
- Kebangsaan
- Internasionalisme atau perikemanusiaan
- Mufakat atau demokrasi
- Kesejahteraan sosial
- Ketuhanan
- Memaparkan lima dasar negara yang disebutnya dengan Pancasila, yaitu:
Gagasan-gagasan tersebut menjadi dasar bagi pembentukan Indonesia yang merdeka dan berdaulat, dengan Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
- Gagasan Sukarno tentang Pancasila dalam Pidato 1 Juni 1945
Sejarah mencatat bahwa satu-satunya anggota BPUPK yang menjawab secara utuh dan komprehensif mengenai dasar negara Indonesia adalah Sukarno. Pada 1 Juni 1945, Sukarno berpidato tanpa teks selama satu jam, dari pukul 09.00 sampai 10.00.
Dalam pidato tersebut, ia menjawab pertanyaan dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat mengenai dasar negara untuk Indonesia merdeka. Sukarno menyebut dasar negara ini sebagai filosofische grondslag, yang berarti filosofi atau pemikiran mendasar yang akan menjadi dasar bagi negara Indonesia.
Lima Dasar Negara (Pancasila)
Sukarno mengusulkan lima dasar negara yang disebutnya dengan Pancasila:
- Kebangsaan
Kebangsaan merupakan dasar pertama yang dikemukakan oleh Sukarno. Ia menegaskan bahwa bangsa Indonesia bukan hanya sekelompok orang yang hidup bersama di suatu wilayah kecil, tetapi seluruh manusia yang tinggal di kepulauan Indonesia dari Sumatera hingga Irian.
Kebangsaan yang dimaksud bukan hanya keinginan untuk bersatu karena kesamaan nasib dijajah, tetapi juga kebersatuan antara orang-orang yang menjadi bangsa Indonesia dengan tanah airnya.
- Internasionalisme (Perikemanusiaan)
Dasar kedua adalah internasionalisme atau perikemanusiaan. Sukarno menekankan bahwa bangsa Indonesia tidak boleh merasa lebih baik dan meremehkan bangsa lain.
Internasionalisme berarti menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang universal dan menuju persaudaraan dunia. Bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan tidak meremehkan bangsa lain.
- Mufakat dan Permusyawaratan/Perwakilan (Demokrasi)
Dasar ketiga yang diusulkan adalah mufakat dan permusyawaratan/perwakilan atau demokrasi. Sukarno ingin negara Indonesia didirikan untuk semua rakyat Indonesia, bukan hanya untuk satu golongan atau kelompok tertentu.
Negara harus menjunjung tinggi setiap aspirasi rakyat dan memusyawarahkannya melalui lembaga perwakilan yang bekerja untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
- Kesejahteraan Sosial
Dasar keempat adalah kesejahteraan sosial. Sukarno mengusulkan agar negara Indonesia mewujudkan kesejahteraan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
Negara harus memastikan tidak ada kemiskinan dan mewujudkan keadilan sosial. Kesejahteraan sosial sangat erat kaitannya dengan prinsip keadilan.
- Ketuhanan
Dasar kelima adalah ketuhanan. Sukarno menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi negara yang ber-Tuhan.
Setiap individu harus bebas menjalankan ajaran agamanya dengan cara yang berkeadaban, menghormati perbedaan agama, dan hidup berdampingan secara damai. Ketuhanan yang dimaksud adalah ketuhanan yang berbudi pekerti luhur dan menghormati satu sama lain.
Kesimpulan
Gagasan Sukarno tentang lima dasar negara bagi Indonesia merdeka diberi nama Pancasila. Kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta: Panca berarti lima dan sila berarti dasar.
Dalam pidato penutupnya, Sukarno menegaskan bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan. Bangsa Indonesia harus mewujudkan cita-citanya pada masa kemerdekaan.
Perjuangan mewujudkan hasrat dan cita-cita rakyat Indonesia hanya akan tercapai jika rakyat tidak takut menghadapi tantangan dan risiko. Sebagai penutup, Sukarno menyatakan, Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad, merdeka, merdeka.***